Terpikir dalam hati "Apakah allah memberikan jodoh yang salah?".
Mengapa ibuku tidak terlalu menyukai suamiku?. Dan akupun merasa kaka iparku dan mertuaku tidak menyukaiku.
Awal awal menikah memang berat,tidak selalu indah,bahagia. Tidak pula selalu ada tawa. Aku mendapatkan pekerjaan dengan gaji tidak seberapa di desaku, sedangkan suamiku belum mendapatkan pekerjaan dari awal kita menikah. Kita hanya mengandalkan usaha warnet saja,dan alhamdulillah sawah yang di pinjam oleh kaka ipar sudah dikembalikan. (Cerita tentang sawah akan aku ceritakan nanti).
Awal menikah,perekonomian keluarga kami belum stabil,kami bahkan masih dibantu oleh mertua dan orangtuaku. Kadang untuk bayar listrik dan tagihan lainnya masih minjam,sakit hati ini ketika mertuaku bilang "emang uang untuk bayar listrik yang dipegang istrimu baru berapa bulan?". Ya,memang awal menikah dan setelah melahirkan keuangan usaha kami mertua yang pegang,hingga bayaran bayaran dia yang bayar kami hanya tau makan saja. Kadang mau jajan juga harus gigit jari. Mau sarapanpun harus menunggu mertua dulu,apalagi pada saat itu aku sedang hamil. Kadang sering menahan lapar, karena tidak punya uang.
Ungkapan mertuaku seperti menohok dalam hati apalagi ditambah oleh omongan dari kaka ipar,tambah sakit hati ini. Memang pada saat itu kami tidak dapat membayar tagihan full,hingga salah satu cincin nikah, aku jual untuk bayar tagihan warnet itupun atas usulanku,karena malu harus terus terusan begini.
Kaka iparku bilang "Dulu,aku selalu nombokin suamiku kalo ada apa apa. Habis sudah semua yang ku punya". "Pas nikah aku bawa modal suamiku bawa modal". Pernyataan mereka seakan akan menyindirku dengan keras. Memang aku bukan anak orang kaya, anak pembesar, atau punya gaji banyak. Aku hanya anak seorang guru yang mau pensiun. Aku hanya perempuan biasa yang kerja jadi guru. Aku hanya anak dari orangtua yang tidak mewariskan apapun.
Sedih hati aku,mereka bilang seperti itu.
Mamaku selalu mengkritik suamiku, yang bilang dia tidak bertanggung jawab, dia tidak sayang padaku, dia mentelantarkanku. Mamaku melihatku yang setiap minggu pulang dengan kepayahan. Gendong bayi dan bawa tas besar,tidak ada yang bantu hanya tukang ojeg dan supir elf juga angkot yang menemani. Selebihnya suamiku menjemput tapi yang dekat dekat saja.
Mamaku mau suamiku menjemputku kerumah,langsung. Jangan aku pergi sendiri kemana mana sendiri. Semenjak aku hamil hingga melahirkan pulang selalu sendiri. Ntah apa yang dilakukan suamiku. Aku membela suamiku,aku bilang pada mamaku. "Suamiku sibuk,dia bekerja di sawah,harus lihat sawah dan menjaga warnet. Lagian kita tidak punya ongkos banyak jika harus pergi berdua setiap kali aku pulang pergi".
Aku sedih kadang omongan mamaku ada benarnya juga, "Apakah suamiku menyayangiku?. "Apakah suamiku benar bertanggung jawab padaku?". Kadang aku merasa bimbang,benarkah dia jodohku?. Benarkah dia adalah jawaban dari doa doaku selama ini,saat meminta jodoh pada allah.
Ya allah,memang awal menikah tidak selalu mudah. Aku bertahan pada suamiku,karena aku berprinsip aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Aku takkan berpisah dari suamiku,kecuali jika dia sampai berzina dengan perempuan lain dan dia memukulku dan menyiksaku lebih baik kita pisah saja. Aku tidak sanggup. Walaupun sudah pisah aku takkan pernah menikah lagi karena aku hanya ingin menikah sekali saja, aku beranggapan laki laki dimanapun sama saja.
Selama suamiku tidak melakukan hal itu,
kesalahan itu. Cobaan apapun aku akan bertahan padanya. Aku akan membelanya dan menjunjungnya tinggi. Apapun ucapan oranglain seberapapun menyakitkannya itu aku tetap bertahan.
Karena aku tidak meragukan suamiku,aku yakin dia suami yang baik,bertanggung jawab dan sayang keluarga.